ESDM Tata Ulang Produksi Batu Bara Agar Tetap Kompetitif Global

Kamis, 06 November 2025 | 10:56:27 WIB
ESDM Tata Ulang Produksi Batu Bara Agar Tetap Kompetitif Global

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengambil langkah strategis untuk menata ulang produksi batu bara nasional. 

Alih-alih sekadar menambah volume, fokus utama pemerintah adalah menjaga harga tetap kompetitif di pasar global sehingga penerimaan negara tidak terganggu.

Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Ditjen Minerba Kementerian ESDM, Surya Herjuna, menegaskan pentingnya keseimbangan antara jumlah produksi dan harga jual.

 “Artinya, ekuilibrium antara produksi dan harga harus ditemukan. Kalau kita terus masuk ke fase produksi besar, pasar akan meresponsnya, ‘Ya sudah Indonesia juga jor-joran juga’,” ujarnya.

Data resmi menunjukkan, produksi batu bara nasional hingga September 2025 tercatat 584,17 juta ton, turun 7,47% dibanding periode sama tahun lalu. 

Padahal, target produksi tahun ini ditetapkan 739,67 juta ton. Penurunan ini menuntut pemerintah mencari strategi agar pendapatan negara dari sektor batu bara tetap optimal.

Cadangan dan Karakteristik Batu Bara Nasional

Total cadangan batu bara Indonesia mencapai sekitar 93 miliar ton. Mayoritas berupa batu bara berkalori rendah sebesar 73%, sedangkan batu bara kalori tinggi hanya 5% dan kalori menengah sekitar 8%. Keterbatasan cadangan berkalori menengah dan tinggi menjadi salah satu tantangan daya saing Indonesia di pasar global.

“Kondisi ini membuat daya saing batu bara Indonesia di pasar global menjadi terbatas, terutama karena sebagian besar tambang batu bara berkalori menengah dan tinggi berasal dari perusahaan tambang lama dengan tingkat stripping ratio yang tinggi serta berada di kawasan hutan yang sulit diakses,” jelas Surya.

Menurutnya, keterbatasan ini membuat kemampuan Indonesia untuk menguasai pasar Asia dan dunia dari sisi sumber daya tidak terlalu kompetitif.

Pasar Ekspor Tetap Terbuka

Meski menghadapi keterbatasan cadangan, Indonesia masih mengekspor batu bara hingga 400 juta ton. China menjadi pasar terbesar dengan 120 juta ton, disusul India dan Filipina yang menjadi tujuan utama ekspor nasional.

“Kondisi ini menunjukkan, meskipun daya saing terbatas, peluang pasar ekspor tetap besar,” kata Surya.

Dengan pasar ekspor yang masih terbuka lebar, pemerintah menekankan pentingnya strategi produksi yang tidak sekadar mengejar volume, tetapi juga menjaga nilai jual agar tetap menarik.

Optimalisasi Nilai Jual, Bukan Kuantitas

Surya menekankan filosofi perdagangan sederhana: “Kalau orang dagang itu lebih baik jualan dikit untung besar daripada jualan banyak untungnya sama.” Konsep ini menjadi panduan pemerintah dalam menata strategi produksi.

Dengan kata lain, strategi baru ESDM fokus pada nilai jual batu bara, bukan hanya meningkatkan kuantitas produksi. Hal ini penting untuk menghadapi fluktuasi harga global dan memastikan Indonesia tetap kompetitif di pasar internasional.

Evaluasi Royalti dan Perusahaan Besar

Salah satu langkah kebijakan yang tengah dievaluasi adalah optimalisasi royalti, khususnya bagi perusahaan dengan kapasitas produksi besar. Surya menekankan, kontribusi perusahaan-perusahaan ini terhadap penerimaan negara belum maksimal dibandingkan volume produksinya.

“Ada perusahaan yang secara volume cukup tinggi, namun tidak memberikan dampak penerimaan negara setara dengan produksi yang dihasilkan,” ungkapnya.

Penyesuaian royalti diharapkan dapat mendorong perusahaan tambang besar untuk lebih efisien sekaligus meningkatkan penerimaan negara. Strategi ini menjadi bagian dari upaya menyeimbangkan antara produksi dan keuntungan ekonomi negara.

Proyeksi Permintaan Batu Bara

Pemerintah memproyeksikan permintaan batu bara masih terbuka hingga 2027 dengan pertumbuhan 5–10%. Namun, peningkatan permintaan ini perlu diimbangi dengan kontrol produksi agar harga batu bara Indonesia tidak tertekan akibat pasokan berlebih.

“Jadi pemerintah mencoba supaya agar gap yang terlalu besar antara produksi dan penjualan itu tidak melebar terus,” pungkas Surya.

Dengan pemahaman pasar yang matang, strategi produksi Indonesia diarahkan untuk menjaga stabilitas harga sekaligus memanfaatkan peluang ekspor secara optimal.

Strategi Berkelanjutan Industri Batu Bara

Pendekatan ESDM tidak hanya berfokus pada penerimaan negara, tetapi juga pada keberlanjutan industri batu bara. Dengan pengelolaan cadangan yang efisien dan strategi harga yang tepat, perusahaan tambang tetap bisa beroperasi secara optimal, pemerintah memperoleh pendapatan maksimal, dan posisi Indonesia di pasar global tetap kuat.

Optimalisasi ini juga mempertimbangkan keterbatasan batu bara berkalori tinggi dan menengah, lokasi tambang yang sulit diakses, serta biaya produksi yang tinggi. Dengan strategi yang cermat, Indonesia bisa tetap kompetitif tanpa harus meningkatkan produksi berlebihan yang bisa menurunkan harga global.

ESDM menyusun strategi produksi batu bara dengan pendekatan yang berbeda dari sebelumnya. Fokusnya bukan sekadar kuantitas, tetapi keseimbangan antara produksi dan harga, optimalisasi royalti, serta menjaga nilai jual komoditas agar tetap kompetitif.

Strategi ini diharapkan membuat Indonesia tetap unggul di pasar global, menjaga penerimaan negara, dan memastikan industri batu bara nasional berkelanjutan. 

Dengan pengelolaan yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan peluang ekspor, menghadapi tekanan pasar global, dan menyeimbangkan antara produksi, harga, dan keuntungan negara secara optimal.

Terkini

Cara Download Rekening Koran BCA lewat myBCA dan KlikBCA

Kamis, 06 November 2025 | 16:56:08 WIB

20 Ide Wirausaha Makanan yang Menjanjikan 2025

Kamis, 06 November 2025 | 16:56:07 WIB

Cara Daftar Maxim Bike Online, Simak Juga Persyaratannya

Kamis, 06 November 2025 | 16:56:06 WIB

17 Situs dan Aplikasi Gratis Nonton Film dan Legal 2025

Kamis, 06 November 2025 | 16:55:55 WIB