MBG

Polri dan Bhayangkari Tingkatkan Kualitas Program MBG Perbatasan

Polri dan Bhayangkari Tingkatkan Kualitas Program MBG Perbatasan
Polri dan Bhayangkari Tingkatkan Kualitas Program MBG Perbatasan

JAKARTA - Di tengah kesibukan dini hari Kota Batam, aroma masakan dan suara riuh dapur SPPG Nongsa 3 Batu Besar menggambarkan semangat baru bagi warga dan tenaga kerja. 

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dijalankan Polda Kepri melalui Yayasan Bhayangkari bukan sekadar penyediaan makanan, melainkan simbol harapan, ketekunan, dan kepedulian bagi masyarakat di perbatasan NKRI.

Aktivitas Dini Hari di SPPG

Jam menunjukkan 03.20 WIB, jalanan Kota Batam dari KDA menuju Nongsa sepi, cahaya bulan purnama menemaninya. 

Di Bundaran Hang Nadim, kendaraan yang melintas bisa dihitung dengan jari, lampu jalan minim, dan suasana hening membuat perjalanan sedikit menegangkan. Namun di dapur SPPG Nongsa 3 Batu Besar, kesibukan sudah bergelora.

Setiap pagi, sejak pukul 02.00 WIB, para relawan mulai menyiapkan bumbu, mencuci omprengan, hingga memasak menu MBG. Aktivitas ini dilakukan dengan standar protokol kebersihan dan keamanan pangan ketat. 

Kepala Dapur, Eva Andriani, menjelaskan, “Meski jam memasak sudah dimulai dari jam 3 pagi, hidangan tetap terhindar dari kerusakan karena menerapkan SOP keamanan pangan, dimulai dari pemilihan bahan baku hingga penyajian.”

Sistem Dapur dan Standar Keamanan

Dapur SPPG dirancang sedemikian rupa dengan pemisahan ruang, mulai dari gudang, ruang pencucian, hingga ruang penyajian. Semua relawan diwajibkan mengenakan masker, hair cap, dan sandal khusus agar kebersihan tetap terjaga. 

Proses memasak dilakukan dengan teliti: ikan dori digoreng, sayur ditumis, telur bulat digoreng, dan semua hidangan dipindahkan ke troli untuk ruang penyajian.

Menu MBG diangin-anginkan selama setengah jam sebelum dikemas ke dalam omprengan untuk menjaga kualitas. 

Tim gizi dan dokter kesehatan kepolisian (dokkes) memeriksa makanan dua kali sehari, termasuk rapid test untuk memastikan tidak ada kandungan berbahaya. Hingga kini, hampir semua omprengan kembali kosong atau sudah disantap habis oleh siswa.

Relawan dan Harapan Baru

Di antara 46 relawan dapur, sosok Nenek Astina (68) menjadi inspirasi. Lulusan SMEA ini, yang pernah mengelola kantin pabrik dan usaha catering, kini menemukan kembali harapan setelah lama menganggur pasca-COVID-19. “Sekarang saya bisa membiayai cucu sekolah dan hidup lebih mandiri,” ujarnya.

Relawan lain, Netti (40), menyatakan, “Dulu cuma mengandalkan suami, sekarang punya penghasilan sendiri. Bisa beli kulkas dan kebutuhan rumah, terasa senang sekali.” Kisah mereka menegaskan bahwa program MBG tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi siswa, tetapi juga memberi peluang ekonomi dan kemandirian bagi pekerja dapur.

Distribusi dan Koordinasi

Satu dapur SPPG Nongsa 3 Batu Besar melayani 3.978 penerima manfaat, mencakup 17 sekolah dan lima posyandu. Trip pertama dimulai pukul 07.20 WIB, selesai 08.30 WIB, agar makanan bisa dikonsumsi tepat waktu. Trip kedua mengikuti pada jam berikutnya, dengan menu berbeda setiap hari untuk dua minggu ke depan.

Sekolah bekerja sama memastikan konsumsi tidak melebihi empat jam sejak omprengan diterima. Permintaan khusus seperti tambahan nasi atau alergi siswa juga diakomodir, sehingga respons siswa menjadi motivasi bagi relawan.

MBG dan Peran Polri

Hingga Oktober 2025, tercatat 131 dapur SPPG di seluruh kabupaten/kota Kepri, termasuk 85 di Batam, yang diawasi langsung Polda Kepri. Program ini menargetkan 12 dapur baru di daerah perbatasan.

Pengamat kepolisian Pongky Indarti menekankan, Polri termasuk yang terbaik dalam mendukung MBG. Saat ini, tercatat 672 SPPG melayani 2.352.000 penerima manfaat dan menyerap 33.600 tenaga kerja. 

Ke depan, Polri menargetkan pembangunan 1.500 SPPG. Standar keamanan tinggi, rapid test makanan, dan pengawasan ketat menjadi alasan tidak ada kasus keracunan MBG.

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) pun menegaskan bahwa seluruh SPPG di Indonesia harus mencontoh dapur Polri, agar kualitas dan keamanan pangan tetap terjaga.

Makna Program MBG

Lebih dari sekadar penyediaan gizi, program MBG di Batam menghadirkan harapan baru. Anak-anak mendapatkan nutrisi penting, sementara relawan memperoleh pekerjaan dan kemandirian finansial. Aktivitas dini hari yang tampak sepi dan gelap di Kota Batam berbalik menjadi pusat energi dan kehidupan di dapur SPPG.

Dengan profesionalisme, standar keamanan pangan, serta koordinasi yang baik antara Polri, Yayasan Bhayangkari, dan pihak sekolah, MBG menjadi contoh sukses intervensi sosial dan ekonomi di daerah perbatasan. 

Program ini membuktikan bahwa melalui kerja keras, ketekunan, dan kepedulian, sebuah inisiatif kecil bisa menimbulkan dampak besar bagi masyarakat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index