JAKARTA - Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) menetapkan target ambisius untuk mengelola sampah secara optimal mencapai 60 persen daur ulang pada 2035.
Upaya ini merupakan bagian dari strategi pembangunan kota yang berkelanjutan, di mana pengelolaan sampah menjadi salah satu pilar utama.
Sejak awal, OIKN gencar melakukan kampanye gaya hidup zero waste, mendorong masyarakat memilah sampah sesuai jenis.
Sampah organik dialihkan menjadi kompos, sementara sampah non-organik dapat dimanfaatkan menjadi produk bernilai ekonomi. Langkah ini bertujuan mengurangi timbunan sampah sekaligus membuka peluang usaha kreatif dari limbah rumah tangga.
Direktur Pengembangan, Pemanfaatan Kehutanan dan Sumber Daya Air OIKN, Onesimus Patiung, menekankan bahwa target ini tidak dapat dicapai tanpa dukungan masyarakat.
“Targetnya adalah sampai 2035, 60 persen sampah di IKN sudah bisa recycle, sehingga kami harap mendapat dukungan dari masyarakat terutama dari kaum ibu,” ujarnya.
Peran Penting Kaum Ibu dan Komunitas Lokal
Partisipasi aktif masyarakat menjadi kunci keberhasilan program pengelolaan sampah. Onesimus menegaskan, jika pemilahan sampah hanya dilakukan oleh petugas kebersihan, prosesnya akan lambat dan kurang efektif. Oleh karena itu, keterlibatan rumah tangga, khususnya ibu-ibu, sangat penting.
“Kami berharap terus mendapat dukungan dari kaum ibu, diantaranya yang digerakkan oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) OIKN yang melihat sampah sebagai hal yang bisa bernilai ekonomi. Sampah organik dijadikan kompos, sedangkan yang anorganik 60 persen didaur ulang,” kata Onesimus.
Keterlibatan komunitas lokal dan organisasi perempuan seperti DWP mencerminkan upaya kolaboratif untuk membangun budaya pengelolaan sampah sejak dari rumah tangga. Ini juga menekankan pentingnya pendidikan dan literasi lingkungan bagi masyarakat.
Workshop Daur Ulang Sebagai Media Edukasi
Untuk mendukung program zero waste, DWP OIKN menyelenggarakan workshop daur ulang sampah plastik di Multifunction Hall, Kantor Kemenko 3 IKN.
Workshop ini digelar bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-26 DWP, sebagai ajang edukasi sekaligus pemberdayaan ekonomi ibu-ibu di wilayah IKN.
Workshop ini memberikan pemahaman komprehensif, mulai dari teori pengolahan sampah hingga praktik langsung membuat kerajinan dari sampah plastik. Kegiatan ini tidak hanya mengedukasi, tetapi juga membuka peluang ekonomi melalui pemanfaatan limbah rumah tangga menjadi produk kreatif.
Partisipasi Luas dari Berbagai Desa dan Komunitas
Acara diikuti oleh sekitar 60 peserta yang berasal dari berbagai komunitas dan desa di wilayah IKN, termasuk anggota DWP OIKN, PKK Kecamatan Sepaku, Desa Wonosari, Desa Semoi 2, Desa Bumi Harapan, hingga Kelurahan Amburawang Barat. Kehadiran ibu-ibu PKK dari wilayah delineasi IKN ini menunjukkan semangat gotong royong dan kepedulian terhadap lingkungan.
Keikutsertaan berbagai komunitas ini menegaskan bahwa pengelolaan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga bagian dari tanggung jawab sosial masyarakat. Sinergi antara OIKN, organisasi perempuan, dan masyarakat menjadi fondasi pembangunan kota berkelanjutan.
Fokus pada Sampah Plastik “Nilai Rendah”
Workshop menghadirkan Recycling Village, komunitas daur ulang yang fokus pada sampah plastik rumah tangga, khususnya plastik “nilai rendah” seperti kantong kresek, poly-mailer, dan bubble wrap. Sampah jenis ini selama ini sulit diolah melalui jalur daur ulang industri, sehingga komunitas menjadi solusi alternatif yang efektif.
Peserta workshop belajar mengubah sampah plastik menjadi tas dan produk kreatif lain. Di akhir kegiatan, karya peserta dinilai oleh Penasehat DWP OIKN, Kartika Basuki Hadimuljono. Pendekatan praktis ini membantu peserta memahami potensi sampah sebagai sumber daya yang bernilai ekonomi.
Manfaat Ekonomi dari Pengelolaan Sampah
Pemanfaatan sampah rumah tangga tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi. Sampah organik dijadikan kompos yang bisa digunakan untuk pertanian kota atau penghijauan, sedangkan sampah anorganik dapat diolah menjadi kerajinan dan produk fungsional.
Program ini memberi contoh nyata bahwa pengelolaan sampah dapat menjadi mata pencaharian alternatif, terutama bagi ibu-ibu dan kelompok komunitas lokal. Selain itu, kesadaran ini diharapkan menumbuhkan budaya ramah lingkungan sejak dini di rumah tangga.
Tantangan dan Dukungan yang Diperlukan
Meski sudah banyak inisiatif, pengelolaan sampah tetap menghadapi tantangan, terutama terkait kesadaran masyarakat dan kemampuan memilah sampah secara konsisten.
Onesimus menekankan perlunya dukungan berkelanjutan dari masyarakat, terutama ibu-ibu yang aktif dalam komunitas lokal, untuk memastikan target 60 persen daur ulang tercapai pada 2035.
“Kami optimis dengan sinergi antara OIKN, komunitas, dan masyarakat, target 60 persen sampah daur ulang dapat tercapai. Peran ibu-ibu, komunitas lokal, dan organisasi seperti DWP sangat menentukan keberhasilan program ini,” ujar Onesimus.
Upaya OIKN membangun kota berkelanjutan melalui program daur ulang dan zero waste menekankan pentingnya peran masyarakat sejak rumah tangga.
Workshop, edukasi, dan pengembangan kreativitas dari sampah rumah tangga merupakan langkah strategis untuk mengurangi timbunan sampah sekaligus membuka peluang ekonomi.
Target 60 persen daur ulang pada 2035 bukan sekadar angka, tetapi cerminan visi IKN sebagai kota modern, hijau, dan berkelanjutan. Dengan dukungan aktif masyarakat, terutama ibu-ibu yang digerakkan oleh DWP, impian kota masa depan yang ramah lingkungan dapat terwujud.