JAKARTA - PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menatap tahun 2025 dengan strategi ekspansi yang menekankan peningkatan ekspor mobil.
Meskipun pasar domestik menunjukkan tren melemah, Toyota melihat peluang besar pada pasar internasional sebagai motor pertumbuhan utama. Langkah ini sejalan dengan upaya perusahaan untuk menjaga keseimbangan antara penjualan domestik dan ekspor.
Wakil Presiden Direktur TMMIN, Bob Azam, menegaskan bahwa ekspor menjadi fokus utama strategi bisnis perusahaan.
“(Target tahun 2025) lebih baik daripada tahun lalu lah. Memang domestiknya kita turun tapi ekspornya kita naik,” ujarnya. Bob menambahkan, meski angka pastinya belum final, ekspor diperkirakan akan meningkat sekitar enam persen.
Data Ekspor CBU dan CKD Menunjukkan Tren Positif
Data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan dinamika ekspor mobil nasional.
Pada Oktober 2025, ekspor mobil utuh atau Completely Built-Up (CBU) tercatat sebanyak 45.379 unit, menurun 4,1 persen dibanding bulan sebelumnya dan melemah 2,8 persen secara tahunan. Meski demikian, secara kumulatif sejak Januari hingga Oktober 2025, ekspor CBU justru meningkat 9,1 persen menjadi 427.033 unit.
Selain CBU, ekspor mobil dalam bentuk terurai atau Completely Knocked Down (CKD) mencatat pertumbuhan signifikan. Oktober 2025, CKD mencapai 7.140 set unit, naik 62,8 persen dari bulan sebelumnya.
Secara kumulatif, peningkatan mencapai 33 persen menjadi 52.813 set unit. Lonjakan ini menunjukkan kemampuan manufaktur lokal dalam mendukung produksi ekspor yang fleksibel, sekaligus memperkuat rantai pasok nasional.
Toyota Tetap Pemimpin Ekspor
Toyota menegaskan dominasinya dalam pasar ekspor mobil Indonesia. Pada Oktober 2025, TMMIN mengekspor 15.350 unit CBU, menempatkan perusahaan di posisi teratas.
Posisi berikutnya ditempati Daihatsu dengan 12.770 unit, Mitsubishi Motors 7.915 unit, kemudian Hyundai, Suzuki, Wuling, Isuzu, dan Hino. Keberhasilan ini menegaskan reputasi Toyota sebagai merek dengan ekspor CBU terbanyak di Indonesia.
Bob Azam menekankan pentingnya ekspor sebagai penyeimbang kinerja perusahaan di tengah pasar domestik yang melemah.
“Sehingga kita bisa balance lah sebenarnya. Ekspor kalau enggak salah naik enam persen,” ujar Bob.
Strategi ini memastikan pertumbuhan perusahaan tetap stabil dan mendukung kelangsungan produksi meski permintaan domestik cenderung stagnan.
Dampak Positif pada Industri dan Ekonomi Lokal
Lonjakan ekspor CBU dan CKD tidak hanya menguntungkan Toyota, tetapi juga industri otomotif secara keseluruhan. Peningkatan ekspor CKD mendorong permintaan komponen lokal, memperkuat ekosistem manufaktur di Indonesia, dan membuka peluang lapangan kerja.
Tenaga kerja terampil dibutuhkan di lini produksi, perakitan, logistik, dan pengawasan kualitas, sehingga pertumbuhan ekspor turut berkontribusi pada ekonomi lokal.
Strategi ekspor Toyota juga mencerminkan kesiapan industri otomotif nasional untuk bersaing di pasar global. Adanya permintaan kendaraan ramah lingkungan, termasuk hybrid, memberikan peluang tambahan bagi TMMIN untuk memperluas pangsa pasar internasional.
Strategi Produksi dan Kualitas Produk
Selain ekspansi pasar, Toyota juga menekankan pentingnya efisiensi produksi dan kualitas kendaraan. Peningkatan ekspor CBU maupun CKD diiringi dengan pengawasan ketat terhadap kualitas, sehingga kendaraan yang dikirim ke luar negeri memenuhi regulasi internasional.
Fokus pada standar global ini juga memperkuat reputasi Toyota sebagai merek andal dan konsisten dalam kualitas.
Diversifikasi model kendaraan menjadi strategi penting lainnya. Dengan menghadirkan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar global, termasuk kendaraan ramah lingkungan, TMMIN berupaya menjaga pertumbuhan penjualan dan memperluas pangsa pasar ekspor.
Tantangan dan Prospek ke Depan
Meskipun pasar domestik menghadapi perlambatan, Toyota optimis strategi ekspor dapat menahan dampak negatif. Bob Azam menyatakan, keseimbangan antara pasar domestik dan ekspor menjadi kunci keberhasilan perusahaan.
Langkah ini juga memungkinkan perusahaan menyesuaikan produksi dengan permintaan pasar, menjaga efisiensi operasional, dan meningkatkan profitabilitas.
Toyota menargetkan peningkatan ekspor berkelanjutan, termasuk ke negara-negara Asia Tenggara, Timur Tengah, dan beberapa pasar Eropa.
Hal ini sejalan dengan tren global dan permintaan kendaraan ramah lingkungan, serta mendukung visi Toyota untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat manufaktur otomotif yang kompetitif.
Ekspansi ekspor menjadi strategi utama Toyota dalam menghadapi dinamika pasar domestik. Lonjakan ekspor CBU dan CKD memperlihatkan potensi industri otomotif nasional untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, membuka lapangan kerja, dan memperkuat ekosistem manufaktur lokal.
Dengan strategi yang matang, Toyota optimis menghadapi tahun 2025, memastikan pertumbuhan perusahaan tetap stabil, dan Indonesia tetap menjadi pemain utama di pasar ekspor mobil global.