Panduan Lengkap Cara Hitung kWh Token Listrik PLN Rp 200.000

Jumat, 07 November 2025 | 16:01:54 WIB
Panduan Lengkap Cara Hitung kWh Token Listrik PLN Rp 200.000

JAKARTA - Pelanggan prabayar PLN kini dapat membeli token listrik dengan nominal bervariasi, mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 1 juta, menyesuaikan kebutuhan masing-masing. 

Pemerintah telah menetapkan tarif atau harga token listrik yang berlaku pada November 2025, sehingga pengguna rumah tangga bisa lebih mudah merencanakan pemakaian listrik bulanan.

Token listrik yang dibeli akan dikonversikan ke dalam satuan kilowatt hour (kWh) pada meteran, memungkinkan pelanggan mengetahui secara pasti jumlah energi listrik yang tersedia. 

Selain itu, harga token listrik berbeda tergantung golongan pelanggan, apakah rumah tangga, bisnis, atau industri, serta tergantung daya volt ampere (VA) masing-masing.

Pertanyaan yang sering muncul adalah: jika membeli token listrik senilai Rp 200.000 untuk rumah tangga, berapa kWh yang diperoleh? Jawaban akan bergantung pada tarif dasar listrik dan pajak penerangan jalan (PPJ) daerah masing-masing.

Tarif Dasar Listrik Rumah Tangga

Berikut rincian tarif dasar listrik PLN untuk pelanggan rumah tangga pada November 2025:

Tarif listrik subsidi:

Golongan R-1/TR daya 450 VA: Rp 415 per kWh

Golongan R-1/TR daya 900 VA: Rp 605 per kWh

Tarif listrik non-subsidi:

Golongan R-1/TR kecil daya 900 VA-RTM: Rp 1.352 per kWh

Golongan R-1/TR kecil daya 1.300 VA: Rp 1.444,70 per kWh

Golongan R-1/TR kecil daya 2.200 VA: Rp 1.444,70 per kWh

Golongan R-2/TR menengah daya 3.500-5.500 VA: Rp 1.699,53 per kWh

Golongan R-3/TR TM besar daya di atas 6.600 VA: Rp 1.699,53 per kWh

Tarif ini menunjukkan bahwa pelanggan non-subsidi memiliki biaya per kWh yang lebih tinggi dibandingkan pelanggan subsidi, sehingga penting untuk menghitung dengan tepat jumlah kWh yang diperoleh.

Pajak Penerangan Jalan (PPJ) dan Perhitungannya

Selain tarif dasar, nominal token listrik akan dipotong Pajak Penerangan Jalan (PPJ) sesuai kebijakan pemerintah daerah. PPJ ini dihitung dalam persentase tertentu dari nominal token:

Sampai 2.200 VA: 2,4 persen

3.500-5.500 VA: 3 persen

6.600 VA ke atas: 4 persen

Pajak ini memengaruhi jumlah kWh yang diterima pelanggan. Misalnya, token Rp 200.000 tidak sepenuhnya dikonversi ke kWh, karena sebagian digunakan untuk membayar PPJ.

Rumus sederhana untuk menghitung kWh yang diterima:

kWh yang didapat=Nominal token - PPJ daerahTarif dasar listrik\text{kWh yang didapat} = \frac{\text{Nominal token - PPJ daerah}}{\text{Tarif dasar listrik}}kWh yang didapat=Tarif dasar listrikNominal token - PPJ daerah​

Dengan rumus ini, pelanggan dapat mengetahui secara pasti berapa kWh yang akan diperoleh sebelum token dimasukkan ke meteran.

Perhitungan kWh untuk Token Rp 200.000

Menggunakan rumus di atas, berikut perhitungan kWh untuk rumah tangga non-subsidi di Jakarta:

1. Rumah tangga daya 900 VA

Nominal token: Rp 200.000

PPJ 2,4%: Rp 4.800

Sisa token: Rp 195.200

Tarif dasar: Rp 1.352 per kWh

kWh=195.2001.352≈144,38 kWh\text{kWh} = \frac{195.200}{1.352} \approx 144,38 \text{ kWh}kWh=1.352195.200​≈144,38 kWh

2. Rumah tangga daya 1.300-2.200 VA

PPJ 2,4%: Rp 4.800

Sisa token: Rp 195.200

Tarif dasar: Rp 1.444,70 per kWh

kWh=195.2001.444,70≈135,11 kWh\text{kWh} = \frac{195.200}{1.444,70} \approx 135,11 \text{ kWh}kWh=1.444,70195.200​≈135,11 kWh

3. Rumah tangga daya 3.500-5.500 VA

PPJ 3%: Rp 6.000

Sisa token: Rp 194.000

Tarif dasar: Rp 1.699,53 per kWh

kWh=194.0001.699,53≈114,15 kWh\text{kWh} = \frac{194.000}{1.699,53} \approx 114,15 \text{ kWh}kWh=1.699,53194.000​≈114,15 kWh

4. Rumah tangga daya 6.600 VA ke atas

PPJ 4%: Rp 8.000

Sisa token: Rp 192.000

Tarif dasar: Rp 1.699,53 per kWh

kWh=192.0001.699,53≈112,97 kWh\text{kWh} = \frac{192.000}{1.699,53} \approx 112,97 \text{ kWh}kWh=1.699,53192.000​≈112,97 kWh

Dari data ini, terlihat bahwa semakin besar daya VA, jumlah kWh yang diperoleh dari nominal token sama cenderung lebih kecil karena tarif listrik lebih tinggi dan pajak lebih besar.

Perbandingan Subsidi dan Non-Subsidi

Pelanggan rumah tangga bersubsidi memiliki tarif listrik jauh lebih murah dibandingkan golongan non-subsidi. Misalnya, rumah tangga 900 VA subsidi hanya membayar Rp 605 per kWh, jauh lebih rendah dibandingkan Rp 1.352 per kWh untuk non-subsidi.

Dengan kata lain, membeli token Rp 200.000 bagi pelanggan subsidi menghasilkan lebih banyak kWh, sehingga lebih hemat dan memungkinkan pemakaian listrik lebih lama.

Hal ini menunjukkan pentingnya memahami golongan tarif listrik yang berlaku agar pelanggan dapat merencanakan pembelian token secara tepat.

Pentingnya Mengetahui Jumlah kWh

Mengetahui berapa kWh yang diperoleh sangat penting untuk mengelola konsumsi listrik. Dengan informasi ini, pengguna rumah tangga dapat memperkirakan lama pemakaian listrik sebelum membeli token berikutnya.

Selain itu, pelanggan bisa membandingkan antara tarif subsidi dan non-subsidi untuk melihat efisiensi penggunaan token listrik. Ini juga membantu rumah tangga merencanakan anggaran listrik bulanan.

Tips Mengoptimalkan Pemakaian Token

Beberapa langkah dapat membantu pelanggan mengoptimalkan pemakaian token listrik Rp 200.000:

Gunakan peralatan listrik hemat energi.

Matikan lampu dan perangkat elektronik saat tidak digunakan.

Manfaatkan timer atau pengatur waktu untuk AC, pompa air, atau peralatan besar lainnya.

Pantau kWh secara rutin melalui meteran prabayar.

Dengan langkah-langkah ini, kWh yang diperoleh dari token bisa dimanfaatkan secara maksimal dan tidak cepat habis.

Pembelian token listrik Rp 200.000 menghasilkan jumlah kWh berbeda tergantung golongan rumah tangga dan daya VA, serta dipengaruhi pajak daerah (PPJ).

Rumah tangga 900 VA: 144,38 kWh

Rumah tangga 1.300-2.200 VA: 135,11 kWh

Rumah tangga 3.500-5.500 VA: 114,15 kWh

Rumah tangga 6.600 VA ke atas: 112,97 kWh

Dengan memahami tarif dasar listrik dan PPJ, pelanggan bisa lebih bijak dalam membeli token listrik dan mengelola konsumsi energi.

Pemahaman ini juga berguna untuk merencanakan penggunaan listrik bulanan, baik bagi rumah tangga subsidi maupun non-subsidi, sehingga penggunaan energi menjadi lebih efisien.

Terkini