JAKARTA - Timnas U-17 Indonesia tengah menghadapi ujian besar di Piala Dunia U-17 2025 di Doha, Qatar.
Garuda Muda belum berhasil meraih poin dari dua laga awal Grup H, setelah kalah dari Zambia 1-3 pada laga perdana dan ditaklukkan Brasil 0-4 pada pertandingan kedua.
Kekalahan ini menegaskan tantangan besar yang harus dihadapi sepak bola Indonesia di level internasional, namun juga memberi pengalaman berharga bagi para pemain muda.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, secara terbuka mengakui perbedaan kualitas yang signifikan antara Indonesia dan Brasil.
“Ya, memang Brasil di atas kita jauh. Kemarin sebenarnya ada kesempatan lawan Zambia, tapi kita kecolongan tiga gol dalam tujuh menit. Di babak kedua permainan membaik, banyak peluang, tapi belum gol,” kata Erick seusai pertandingan di Aspire Academy, Doha.
Walaupun kalah dua kali berturut-turut, Erick menekankan bahwa pengalaman menghadapi tim sebesar Brasil merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan sepak bola Indonesia.
“Ini sejarah, lho, Indonesia bisa bertemu Brasil di Piala Dunia, meskipun di level U-17,” ujarnya. Menurut Erick, kesempatan ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga sarana pembelajaran bagi pemain dan pelatih dalam memahami standar sepak bola internasional.
Intensitas Bermain dan Kesiapan Mental
Salah satu faktor utama yang membuat Brasil berada di atas Indonesia menurut Erick adalah intensitas bermain para pemainnya. Di Brasil, seorang pemain muda bisa bermain hingga 70 pertandingan per tahun, sementara di Indonesia jumlah pertandingan yang dimainkan pemain masih jauh dari angka tersebut.
Hal ini menunjukkan perlunya perencanaan kompetisi dan pembinaan yang lebih intensif bagi pemain muda Indonesia agar mereka mampu bersaing di level global.
“Di Brasil, satu pemain bisa main 70 pertandingan per tahun. Kita belum sampai ke situ. Jadi kita harus buat terobosan,” jelas Menteri Pemuda dan Olahraga itu. Erick juga menyebutkan bahwa pengalaman ini menjadi bahan evaluasi penting untuk merancang sistem pembinaan yang lebih efektif bagi pemain muda Indonesia.
Selain itu, Erick memberikan apresiasi terhadap pelatih Nova Arianto, para pemain, dan suporter Indonesia yang hadir di Qatar. “Saya baru saja mendapat pujian dari teman-teman di sini. Fans Indonesia sangat tertib dan suportif. Ini contoh yang baik dan mendapat apresiasi,” ujarnya. Dukungan suporter ini dinilai Erick sebagai energi positif yang mendorong pemain untuk tetap semangat menghadapi lawan tangguh.
Kekalahan sebagai Pelajaran
Erick menegaskan bahwa meski Indonesia kalah, ada banyak pelajaran yang bisa diambil. Kekalahan dari Zambia, yang terjadi dalam waktu singkat dengan tiga gol dalam tujuh menit, menunjukkan pentingnya fokus dan disiplin sejak menit awal.
Sedangkan kekalahan dari Brasil menegaskan perbedaan kemampuan teknis dan fisik yang harus dikejar Indonesia.
Meski begitu, Erick menilai timnas sudah menunjukkan peningkatan pada babak kedua setiap pertandingan. “Di babak kedua permainan membaik, banyak peluang, tapi belum gol,” katanya.
Hal ini menunjukkan bahwa tim Indonesia memiliki potensi, namun perlu lebih banyak pengalaman dan latihan intensif agar peluang yang tercipta bisa dikonversi menjadi gol.
Optimisme Menyambut Laga Terakhir
Meski belum meraih poin, Erick tetap optimistis menghadapi laga terakhir fase grup melawan Honduras pada Senin, 10 November 2025. Menurutnya, peluang untuk meraih hasil positif masih terbuka. “Harapannya menang,” ujarnya.
Erick menambahkan, hasil pertandingan antara Zambia dan Honduras, yang berakhir dengan skor babak pertama 3-1 dan kemungkinan akhirnya 5-2, menunjukkan bahwa Indonesia dan Honduras berada dalam level relatif seimbang.
Kondisi fisik dan kesehatan pemain menjadi perhatian penting. Salah satu bek Indonesia dilaporkan mengalami cedera, dan tim berharap cedera tersebut tidak parah sehingga bisa tampil maksimal.
“Tinggal kita lihat kondisi pemain. Ada satu bek yang cedera, mudah-mudahan tidak parah,” kata Erick. Persiapan mental dan fisik menjadi kunci bagi Garuda Muda untuk meraih hasil terbaik pada pertandingan terakhir ini.
Fokus pada Pembinaan Jangka Panjang
Erick menekankan bahwa tujuan utama partisipasi Indonesia di Piala Dunia U-17 bukan semata-mata kemenangan, melainkan pembinaan pemain muda dan pengembangan sepak bola nasional.
Dengan menghadapi tim-tim kuat, pemain muda Indonesia belajar menghadapi lawan dengan kualitas tinggi, memahami ritme permainan cepat, dan mengembangkan mental bertanding di level internasional.
“Partisipasi ini akan menjadi fondasi bagi pembinaan jangka panjang sepak bola Indonesia,” ujar Erick. Ia menekankan pentingnya membangun ekosistem kompetisi yang konsisten, sehingga pemain muda memiliki pengalaman yang cukup sebelum menghadapi turnamen besar di masa depan.
Selain itu, dukungan suporter yang tertib dan loyal menjadi contoh positif bagi perkembangan timnas. Erick menilai, keberadaan suporter yang memberikan dukungan penuh dapat meningkatkan motivasi pemain, terutama saat menghadapi lawan yang lebih kuat secara teknis dan fisik.
Membangun Mental Juara
Pengalaman menghadapi tim besar seperti Brasil dan Zambia juga menjadi pelajaran bagi mental pemain muda Indonesia. Erick menilai bahwa salah satu aspek penting adalah kemampuan untuk tetap fokus, disiplin, dan percaya diri meski menghadapi lawan yang lebih unggul.
Dengan membangun mental yang kuat sejak dini, pemain Indonesia dapat lebih siap menghadapi kompetisi di level yang lebih tinggi.
Erick berharap, dari pengalaman ini, pelatih, pemain, dan seluruh stakeholder sepak bola Indonesia dapat mengambil pelajaran untuk meningkatkan kualitas permainan, memperbaiki strategi, dan mengembangkan kemampuan individu maupun tim secara keseluruhan.
Pelajaran dan Harapan Masa Depan
Kekalahan dari Zambia dan Brasil memang menyakitkan, tetapi bagi Erick Thohir dan PSSI, pengalaman ini sangat berharga. Partisipasi Indonesia di Piala Dunia U-17 bukan sekadar soal menang atau kalah, tetapi soal pembelajaran, pengembangan pemain, dan persiapan untuk kompetisi masa depan.
Dengan evaluasi yang tepat, peningkatan intensitas bermain, pembinaan kompetisi yang konsisten, serta dukungan penuh dari suporter, Indonesia memiliki kesempatan untuk memperbaiki kualitas tim muda dan membangun fondasi sepak bola nasional yang lebih kuat.
Erick optimistis, dengan persiapan matang, strategi tepat, dan mental pemain yang kuat, Garuda Muda masih bisa menunjukkan kemampuan terbaiknya pada laga terakhir fase grup, sekaligus menimba pengalaman tak ternilai untuk masa depan sepak bola Indonesia.